Buku & Jendela Realita

Ade Hilmy Maulana Achzab
2 min readMar 31, 2021

--

“Mereka yang terjebak oleh realitas imanen akan sulit mengerti tentang cara bekerja dunia ini”

Gagasan demi gagasan telah diartikulasi sedemikian rupa mengingat secara natural, manusia tidak akan pernah lepas dari realita. Banyaknya realita yang dihadapi manusia sebagai konsekuensi logis dari manusia sebagai makhluk sosial sekaligus sebagai makhluk individu. Realita sering dianggap sebagai hasil refleksi-kolektif dengan segala hukum sebab dan akibat yang menyertainya. Salah satu akses untuk membaca realita adalah buku. Sejak ribuan tahun lamanya, membaca buku menjadi sebuah Human-Normative Tradition dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan dan membaca realita masyarakat dan alam semesta. Tidak diketahui secara pasti kapan tradisi ini pertama kali dilakukan, namun secara pasti, hal ini sudah dilakukan secara turun-temurun.

Membaca buku merupakan salah satu aktivitas penting dalam membangun kesadaran manusia beserta kemampuan literasinya. Ketika orang membaca buku, ia diajak menelusuri pemikiran sang penulis dan tidak jarang ia 'terhanyut' dalam alam pikir penulis. Gagasan / cerita yang dibangun oleh penulis membawa pembaca untuk melihat perspektif realitas yang disampaikan (terlepas itu adalah realitas imanen/transenden). Gagasan tersebut semakin jelas ketika ditemukan contoh kasus maupun data-data yang bersifat kuantitatif dan kualitatif. Selain itu, buku dapat menjadi kontributor produktif bagi kecerdasan intrapersonal kita mengingat dalam membaca juga kita melibatkan perasaan. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa buku mampu membantu kita untuk melihat sebuah realitas yang dinampakkan sehingga kita dapat mengetahui asumsi, gambaran, karakteristik, dan hal-hal lainnya yang memicu lahirnya ilmu dan pengetahuan baru dalam diri kita.

Namun, perlu disadari dalam beberapa kasus, buku dapat menjadi 'instrumen' bagi kita untuk menjauh dari realita. Artinya, kita diajak untuk membangun jarak supaya mendapatkan konstelasi serta kontekstualisasi dari pemaparan yang disampaikan. Seringkali, pembaca diintervensi oleh pengalaman pribadi, hasil diskusi, maupun bahan bacaan yang telah dibaca sebelumnya. Dengan kata lain, dalam membaca buku pun kita baik sadar maupun tidak sadar "masuk" ke dalam jendela-jendela realitas untuk mengetahui gambaran umum suatu permasalahan yang dipaparkan dan direfleksikan ke dalam internal diri kita.

Perlu diketahui bahwa dekat-tidaknya-jarak yang dibangun bergantung kepada kemampuan literasi yang dimiliki oleh si pembaca. Semakin tinggi tingkat literasi, semakin mudah ia mengatur jarak dengan realita. Semakin mudah mengatur jarak, semakin mudah bagi kita untuk memperoleh jalan tengah / titik optimum dari suatu permasalahan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus berjibaku dengan media-media literasi (buku salah satunya) dalam rangka mempertajam kemampuan literasi dan membuka jendela-jendela realitas lainnya.

--

--

No responses yet